Sederhana, Tapi Bermakna..

Umur bumi makin tua..“. Pernahkah teman-teman dengar sepenggal kalimat itu?

Bumi makin renta, ringkih, tak segar, semakin tidak hijau lagi, karena makin banyak jumlah pohon yang ditebang untuk berbagai keperluan. Akibat berkurangnya jumlah pohon di dunia, buangan CO2 (karbondioksida) ke atmosfer makin meningkat tajam. Semakin tinggi konsentrasi CO2, semakin banyak panas yang dipantulkan dan suhu pun menjadi naik. Hal ini pula yang menyebabkan suhu bumi melonjak, mengakibatkan iklim cepat berubah dan sulit diprediksi.

Lalu, cara apa sajakah kira-kira yang bisa bikin bumi kita “terselamatkan” dari emisi karbon?

Hmmm.. Pernah nggak sih kepikiran kalau salah satu peyumbang emisi karbon adalah dari kendaraan bermotor yang kita gunakan? Entah itu mikrolet, angkot, ato mobil sampe motor pribadi? Pernah juga nggak sih berpikir untuk naik kendaraan yang tidak ber-bahan bakar minyak (BBM)? Selain untuk mengurangi jumlah emisi karbon, kita bisa hemat juga, kan jadi jarang beli BBM (itu efek samping yang bagus, hehe :D). Contoh paling gampang adalah “sepeda“..

Kalau ngomongin sepeda, saya teringat sama sebuah negara di Eropa yang mayoritas penduduknya gowes pake sepeda. Dialah “Belanda“.. Yuk, intip kreativitas masyarakat Belanda dalam “menghijaukan bumi”.. Bahasa kerennya sih “Go Green“. Hehehe..

Anyway, seperti sudah diutarakan sebelumnya, bersepeda dapat membantu mengurangi tingkat emisi karbon di udara, karena tidak menggunakan BBM. Dan efeknya, badan jadi ikutan sehat, kan sekalian olahraga 🙂 Hal inilah yang bisa dicontoh dari masyarakat Belanda. Tengok juga event bertajuk “Go Green, Go Dutch, Go Bike” yang dilaksanakan tiap tahun dari mulai 2007. Memang bukan di Belanda-nya, tetapi event ini diprakarsai oleh Kedutaan Besar Belanda di Kanada. Wah, udah bisa nularin masyarakat Kanada lho.. Hehehe..

Mungkin sulit kalau mayoritas masyarakat di Indonesia harus gowes pake sepeda. Dibandingkan Belanda, cuaca di sini lumayan berpengaruh. Siapa sih yang suka berpanas-panasan ria dengan sepeda di tengah kota yang macetnya seperti di Jakarta? *Mending ogut naik mobil ber-AC*, gitu kali yah pikiran kebanyakan orang. Selain itu, desain tata kotanya sendiri. Di Belanda, banyak ruang terbuka hijau, ditambah bunga-bunga warna-warni membuat orang betah berlama-lama bersepeda atau jalan kaki. Kalau dibandingkan Indonesia, misal di Jakarta, di sini jelas kalah jauh. Ruang terbuka hijaunya sangat terbatas. Dan kendala yang paling berasa, saat musim hujan.. Banjir, pemirsa! Padahal kalau mau contoh dari Belanda, walaupun negaranya berada di bawah permukaan laut, tapi dengan adanya pembangunan kanal-kanal banjir, hal tersebut bisa terhindarkan.

OK, kembali ke Go Green, cara berikutnya adalah mengurangi penggunaan plastik. Nah, kabarnya di Belanda kalau mau belanja, nggak bakalan dapet kantong plastik gratis dari tokonya. Solusinya, membeli kantong plastik, atau.. bawa dari rumah. Tujuannya buat menghemat pemakaian plastik dan lebih ramah lingkungan.

Yang menarik lagi adalah tusuk gigi. Tusuk gigi di resto-resto Belanda dibuat dari daur ulang plastik sedotan yang dipotong kecil-kecil, sepanjang 4 cm, berujung lancip. So, jangan heran kalau nanti minta tusuk gigi malah dikasih sedotan imut. Hehehe, tujuannya buat membatasi penggunaan kayu. Setidaknya bisa mengurangi rasio penebangan pohon.. 🙂

Yah, demikianlah beberapa hal dari Belanda yang bisa dijadikan contoh. Sederhana, tapi bermakna.. Simple, yet meaning.. Yuuk, Go Green 🙂

Sumber :

 

5 comments

  1. himmah aliyah - Reply

    jadi inget Pak AW biologi pernah ngomong “kalo kalian belanja di MORO bawa tas kresek sendiri tar nilai mapel biologinya dapet bagus”. tapi lupa dulu pas ngomong pas kelas berapa, kamu pernah denger Pak AW bilang gitu gak nin?

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *